Seorang penulis, apapun jenis tulisan yang ditulisnya, ia dituntut untuk menulis dengan cara yang berbeda. Bukan berarti beda dalam ketatabahasaan, tekhnik maupun penyampaiannya, berbeda disini dalam artian tulisan tersebut tidak atau belum maupun jarang dibaca orang, tapi bermanfaat bagi banyak pembaca dan orang-orang yang ada hubungannya dengan tulisan itu. Keberhasilan suatu tulisan, salah satunya memang harus menulis tampil beda.
Menulis berpenampilan beda berarti harus berani
berkarya sesuai selera Anda dan orang lain serta tetap mengedepankan kaidah dalam
berbahasa, berakhlak dan tidak menimbulkan pertentangan. Menulis beda, memang harus
berani berbalik arah memotong kompas, menyampaikan gagasan-gagasan kreatif yang
komunikatif, memotivasi, menginovasi hingga mengedukasi.
Dalam berkarya, Anda harus menjadi diri sendiri dengan
tulisan yang lain daripada lainnya namun dicari dan dibaca banyak orang. Kalau
sudah begitu, Anda termasuk penulis yang berpikiran cerdas, piawai membaca
situasi dan keinginan pembaca, tidak monoton, mampu menggerakkan minat baca
serta memberikan safa’at bagi orang lain.
Bukan justru sebaliknya, seseorang ingin menjadi
penulis dengan gaya
tulisannya sendiri dan berbeda dari penulis lain tapi caranya memang
betul-betul lain. Tidak enak dibaca sama sekali dan tulisannya tak berbobot.
Jika sudah begini apa jadinya tulisan tersebut. Tentu, orang enggan membacanya.
Meski isi tulisan itu sebetulnya dari segi isi dan kandungannya bermanfaat,
tetapi karena penulisannya kurang baik menimbulkan minat membacanya berkurang.
Oleh karenanya, sebagian berpendapat menulis tulisan
yang menarik hanya banyak membaca saja tidak cukup. Membaca, sekedar langkah
awal guna menyerap tulisan yang nanti akan memperkaya tulisannya. Menyodorkan
data-data mengenai pengalaman yang dilihat, didengar dan dipelajari apa adanya
tak ada bedanya dengan straight news
di sebuah pemberitaan.
Untuk itu, terhadap suatu kejadian, Anda harus kritis
menafsirkan atau memaknainya dengan sudut pandang yang jarang atau bahkan belum
pernah dilakukan penulis lain. Misalnya, saat orang berdemontrasi menolak
kenaikan bahan bakar minyak, tentu kurang menarik andai dituliskan hanya dengan
menceritakan yang dilakukan para pendemo; berorasi, berkumpul dan bergerombol sembari
membawa spanduk berisi slogan-slogan.
Atas peristiwa tersebut, paling tidak Anda bisa menuliskannya
dengan sudut pandang yang berbeda dan unik. Anda lihat sisi lain dari aksi
demo. Karena kejadian yang sebenarnya biasa-biasa saja itu, akhirnya
mengingatkan orang untuk melihat kebaikan maupun dampak dari aksi massa itu. Bisa jadi,
karena adanya demo banyak pedagang yang berpenghasilan lumayan di hari itu.
Dagangannya laris manis. Para pedagang
tersebut akhirnya dapat menambah modal dagangannya, menafkahi keluarga dan
menyisihkan untungnya untuk ditabung.
Hal lainnya, seorang penulis buku fiksi menceritakan
kisah cinta sepasang sejoli yang ditentang oleh kedua orang tua si gadis. Kisah
seperti ini dianggap sudah umum. Tapi didalam bukunya, si penulis mengisahkan
dampak lain dari cerita pasangan kekasih itu. Akibat ditentang dan tidak
mendapat restu dari orang tua mereka, justru nenek si gadis tersebut mengakhiri
hidupnya dengan jalan tragis. Dia tak rela bila cinta cucunya tidak direstui.
Cerita dan peristiwa seperti ini nampaknya memang
terbilang masih belum umum. Kalaupun ada masih jarang. Walau muncul keterkaitan
antara peran utama dan pendukungnya, namun terdapat sisi lain didalam tulisan
itu menjadi pokok persoalan dan hal itu justru yang menariknya. Boleh jadi,
dengan sedikit mengecoh pembaca dengan pokok persoalan ditengah maupun
diakhirnya, tulisan tersebut menjadi berisi dan berbentuk.
Karena itu, Anda harus dapat memposisikan perbedaan-perbedaan
dalam mengungkap alur tulisan. Anda tidak mesti mengikuti jalan cerita maupun
sedikit menyamai tulisan orang lain, tapi mencoba banting stir mencari
persoalan yang tidak atau belum banyak ditulis penulis lainnya.
Sebagai penulis yang baik, seseorang harus memandang
dengan cara yang bijak. Bila perlu mempertanyakan semua hal, seperti misalnya
mengapa semua itu terjadi, kapan dan dimana kejadiannya, siapa yang mengawali,
bagaimana kejadiannya dan lain sebagainya. Dari berbagai pertanyaan tersebut
akan didapat penguraian suatu peristiwa.
Menggambarkan suatu peristiwa dalam tulisan, bisa saja
yang tampaknya hanya berupa gejala umum, ternyata tidak terlalu umum atau
sebaliknya. Bisa jadi, apa yang tampaknya saling berhubungan satu sama lain
secara positif, sebetulnya saling berhubungan secara negatif dan seterusnya.
Bahkan, sesuatu yang sepertinya sebagai sebab, sebenarnya dari akibat bahkan
sebaliknya.
Jika telah memilih sudut pandang yang tepat, yang
sebenarnya ingin disampaikan ke pembaca selebihnya tinggal Anda yang menuliskannya.
Curahkan semua gagasan-gagasan cemerlang Anda didalam tulisan itu. Biasanya,
pembaca tidak mau berlama-lama memboroskan waktunya untuk membaca tulisan yang
bertele-tele. Tapi, dengan tulisan yang menarik, pembaca dapat saja membaca
tulisan tersebut dari awal hingga akhir dalam satu kali maupun dibaca dalam
beberapa kali kesempatan.
Supaya tidak bosan dibaca, hindari kata-kata terlalu
biasa dan kurang kuat yang sudah sering digunakan orang. Misalnya, kata “menoleh”, tentu akan lebih variatif
jika menggantinya dengan “menengok”,
kata “melihat” diganti “memandang” atau “menatap” dan lain sebagainya. Ada banyak pilihan kata yang membuat tulisan
itu jadi menarik. Itu semua tergantung dari Anda sebagai penulisnya.
Selain itu, ada pula penulis yang menggunakan sedikit
kata-kata bahasa daerah didalam tulisannya. Hal tersebut bagus juga. Disamping
memperkaya ketatabahasaan dan khasanah bahasa Indonesia , juga memberikan kesan
mendalam terhadap karyanya. Biasanya, penggunaan bahasa-bahasa daerah ini
penyampaiannya lebih menekankan pada tempat, pribadi orang serta lain
sebagainya. Penggunaan bahasa daerah dalam tulisan disarankan mencantumkan
arti/makna kata tersebut. Sehingga pembaca mengerti maksudnya.
Tak kalah pentingnya didalam menulis adalah detail.
Detail yang pas akan memperkuat apa yang Anda diskripsikan dalam tulisan.
Walaupun rangkaian kata dan bahasa tak sanggup mewakili semua suasana atau
perasaan seseorang, akan tetapi tugas penulis menyampaikan pesan tersebut sehingga
pembaca mendapatkan sesuatu dari yang telah disampaikan melalui tulisannya.
Disamping berpenampilan beda, baik penyajian hingga
isi tulisan, Anda dituntut untuk bisa meyakinkan pembaca. Meyakinkannya tentu
saja dengan membuat tulisan Anda sebaik mungkin. Walaupun menulis menjadi bagian
dari diri karya Anda sendiri, tapi keberadaan tulisan berada di tengah atau bahkan
seolah-olah bukan bagian dari Anda. Tulis seperti buat orang lain, meski
barangkali karya tersebut bagian dari orang-orang di sekitar maupun yang pernah
Anda alami.